CMV Pada Kehamilan: Apa yang Perlu Saya Ketahui?
Cytomegalovirus (CMV) merupakan virus yang banyak terdapat di
lingkungan sekitar kita. Walaupun demikian pada umumnya kita tidak pernah mendengar
ataupun mengetahuinya.
Perlu diketahui bahwa CMV merupakan virus yang paling sering didapat
secara kongenital, dimana kurang lebih 1 dari setiap 100 sampai 150 bayi yang
dilahirkan terinfeksi virus tersebut. CMV juga umum terdapat pada anak-anak maupun orang dewasa.
Kurang lebih 50-80 persen dari wanita usia subur sudah terpapar
CMV, dan 1 sampai 5 persen dari wanita hamil akan terkena CMV untuk pertama
kalinya selama masa kehamilan mereka.
Kebanyakan infeksi CMV tidak bergejala ataupun berbahaya, akan tetapi, pada wanita hamil, CMV dapat di tularkan ke janinnya, dan akibatnya dapat menimbulkan efek yang sangat berat pada janin atau bayi tersebut.
Karena itu, sangatlah penting pada setiap wanita hamil untuk mengetahui masalah ini.
Setiap wanita yang sedang mengandung harus mendiskusikan tentang CMV dengan
dokter kandungannya. Test untuk infeksi CMV merupakan tes laboratorium yang sederhana, akan tetapi dapat sangat membantu untuk penanganan lebih
lanjut.
Sayangnya, beberapa penelitian yang ada mengarah
pada kenyataan bahwa hampir semua wanita usia subur dan yang lebih mengejutkan
lagi, banyak dokter kandungan tidak sadar pada penatalaksanaan dari infeksi CMV
terkini.
Untuk itu saya akan coba menuliskan beberapa informasi dasar
penting, semoga dapat berguna bagi pembaca:
Apakah Gejala dan Tanda dari CMV selama kehamilan?
Kebanyakan infeksi CMV pada wanita hamil timbul tanpa gejala.
Gejala yang dapat timbul paling sering adalah demam, nyeri tenggorokan,
pembengkakan kelenjar getah bening dan kelelahan tubuh yang berat. Kadang dapat
timbul bercak di kulit, batuk ataupun diare. Gejala gejala tersebut sangatlah
tidak spesifik untuk infeksi CMV serta dapat disebabkan oleh kondisi lainnya. Dan
hal yang sangat disayangkan, sering wanita hamil menyadari akan CMV untuk
pertama kalinya ketika bayinya sudah didiagnosa dengan infeksi kongenital CMV. Untuk
itu, tes darah sangatlah diperlukan untuk mendiagnosa infeksi CMV pada
kehamilan secara akurat.
Apakah infeksi CMV sering terjadi pada kehamilan?
Kurang lebih 1- 4% dari semua wanita hamil akan
mengalami infeksi CMV
primer selama kehamilan
mereka. Jika mereka bekerja pada lingkungan yang berhubungan dengan anak anak,
resiko dapat meningkat menjadi sekitar 10%. Jika mempunyai balita dirumah yang terinfeksi aktif dengan CMV, resiko akan menjadi semakin tinggi, sampai mendekati 50% pada beberapa penelitian.
Apakah resikonya pada bayi jika terkena infeksi CMV selama kehamilan?
Infeksi CMV pada kehamilan dapat terjadi untuk pertama
kali (primer) atau berulang (oleh strain lainnya dari CMV atau
merupakan aktivasi kembali dari strain CMV yang sudah ada). Sekitar 40% dari
wanita yang mengalami infeksi
CMV primer selama kehamilannya, akan menularkan infeksi CMV pada bayi mereka.
Kebanyakan dari bayi yang lahir dengan infeksi
CMV kongenital adalah tanpa gejala waktu lahir. Akan tetapi, 10% dari bayi yang
terinfeksi dari ibu yang mengalami infeksi
CMV primer akan timbul gejala baik selama masih di dalam kandungan ataupun sesudah lahir. Organ tubuh
yang dapat terkena sangatlah bervariasi, dimana dapat menimbulkan kecacatan
jangka panjang seperti gangguan pada pendengaran, penglihatan, kecerdasan, dan perkembangan
motorik. Bahkan pada beberapa bayi dengan penyakit CMV kongenital berat, dapat berakibat sangat fatal. Karena itu, infeksi
primer CMV pada ibu hamil
sangatlah beresiko pada janinnya.
Wanita yang mendapatkan infeksi CMV
berulang dapat juga
menularkan CMV kepada bayinya, akan tetapi angka kejadiannya sangatlah rendah
(<0,1%) dibandingkan dengan infeksi primer, dimana gejala berat jarang
sekali timbul pada janin atau bayi yang terinfeksi.
Bagaimana kita melakukan tes untuk CMV selama kehamilan?
Tes untuk infeksi CMV adalah tes dengan sampel darah,
disebut antibody CMV IgG.
Tes tersebut akan menentukan apakah wanita hamil sudah terkena CMV. Hasil tes
yang positif menandakan bahwa infeksi terjadi pada saat ini atau sebelumnya (infeksi lama).
Tes darah kedua disebut antibody
CMV IgM, yang akan membantu menentukan apakah infeksi CMV terjadi saat ini
atau di masa lalu. Jika hasilnya positif, infeksi mungkin terjadi saat ini,
dimana biasanya infeksi didapat dalam 4 bulan terakhir.
Antibody CMV IgM pada beberapa wanita akan tetap positif selama 4
bulan (kadang sampai 1 tahun atau lebih) atau dapat juga merupakan hasil positif
palsu. Untuk itu, test ketiga dari antibodi CMV diperlukan, disebut indeks aviditas CMV IgG.
Indeks aviditas CMV IgG yang rendah menunjukan infeksi primer CMV terjadi
kurang dari 4 bulan sebelum test darah dilakukan, dan indeks aviditas CMV
IgG tinggi menunjukan infeksi terjadi pada 4 bulan yang sebelumnya
ataupun lebih lama.
Apa yang dapat dilakukan jika kita mendapatkan infeksi CMV
selama kehamilan?
Jika anda mendapatkan infeksi CMV selama kehamilan, dokter
kandungan anda harus melakukan pemantauan dari pertumbuhan dan perkembangan
janin dengan teliti menggunakan ultrasonografi (USG) ataupun pemeriksaan lainnya. Kadang konsultasi dengan spesialis feto-maternal atau spesialis di
bidang kehamilan resiko tinggi diperlukan, terutama jika efek dari CMV didalam
kandungan terlihat pada janin.
Terapi prenatal pada wanita hamil dengan hiperimun globulin CMV dapat mengurangi kemungkinan penularan dari CMV
kejanin dan juga mengurangi atau memperbaiki akibat dari infeksi CMV pada
janin. Jika anda mengalami infeksi CMV primer selama kehamilan, diharapkan anda melakukan konsultasi dengan dokter kandungan anda tentang kemungkinan perlunya
pemberian hiperimun globulin CMV selain pemantauan rutin kondisi janin anda selama
dalam kandungan.
No comments:
Post a Comment